AUDIT TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI
SOFTSKILL
(Kelompok 1)
Audit
Sistem Informasi
Dosen : QOMARIYAH
4KA23
Amalia Nur Syamsina
(10115604)
Anella Prisdayanti
Damanik (17115810)
Shinta Larasati
Universitas Gunadarma
Sistem Informasi
2018
BAB
1
PENDAHULUAN
1.
Audit Sistem Informasi
1.1
Pengertian Audit
Menurut Arens dan Loebbecke
diterjemahkan oleh Jusuf, A. A (1997, p.
1), auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang
informasi yang dapat
diukur mengenai suatu
entitas ekonomi yang
dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan
dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan.
Menurut Agoes, S. (1996, p. 1),auditing adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
auditng adalah proses sistematik untuk mengumpulkan dan
mengevaluasi informasi mengenai
kejadian dan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seorang
yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan tingkat
kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria- kriteria yang telah ditetapkan.
1.2
Pengertian Sistem Informasi
Menurut Mukhtar (1999, p.3), sistem
informasi diartikan sebagai suatu pengorganisasian peralatan untuk
mengumpulkan, memasukkan, memproses, mengatur, mengontrol, dan melaporkan
informasi untuk pencapaian tujuan perusahaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem
informasi merupakan suatu kesatuan komponen yang saling berinteraksi untuk
mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan melaporkan informasi kepada pengguna untuk
pencapaian tujuan perusahaan.
1.3
Pengertian Audit Sistem Informasi
Menurut Weber
(1999, p.10), audit
sistem informasi adalah
proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti untuk menentukan apakah
sistem komputer dapat melindungi aset, memelihara integritas data, memungkinkan
tujuan organisasi untuk dicapai secara efektif dan menggunakan sumber daya secara efisien.
Menurut Gondodiyoto (2003, p.151),
audit sistem informasi merupakan suatu pengevaluasian untuk
mengetahui bagaimana tingkat
kesesuaian antara aplikasi Sistem informasi dengan prosedur
yang telah ditetapkan dan mengetahui apakah suatu sistem informasi telah
didesain dan diimplementasikan secara efektif, efisien, dan ekonomis,
memiliki mekanisme pengamanan
aset yang memadai,
serta menjamin integritas data yang memadai.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa audit
sistem informasi adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti audit
untuk mengetahui apakah sistem informasi yang berbasis komputer dapat melindungi
aset perusahaan, menjaga integritas data dan mendukung tercapainya tujuan
perusahaan secara efektif dan efisien.
1.4
Tipe Prosedur Audit
Menurut Weber, tipe
prosedur audit meliputi:
1.
Prosedur
untuk mendapatkan pemahaman dari pengendalian
Penyelidikan, inspeksi dan pengamatan
dapat digunakan untuk memperoleh pengertian apakah pengendalian telah tersedia,
seberapa baik pengendalian tersebut dirancang apakah pengendalian tersebut
digunakan.
2.
Tes pada
pengendalian
Dengan cara yang dilakukan sebelumnya
maka dapat diketahui apakah prosedur berjalan secara efektif.
3.
Tes
subtantif pada rincian transaksi
Tes ini digunakan untuk mengetahui
apakah transaksi telah dibukukan dengan benar.
4.
Tes
subtantif pada rincian dari neraca akuntansi
Tes ini memusatkan perhatian pada saldo
akhir buku besar pada neraca dan rugi laba.
5.
Prosedur
analisis untuk pengecekan kembali
Tes ini memusatkan perhatian pada
hubungan antara data dengan tujuan audit.
Menurut
Weber, ruang lingkup audit sistem informasi terdiri dari :
1.
Pengendalian Umum
Pengendalian yang berlaku umum ini
artinya ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam pengendalian tersebut, berlaku
untuk seluruh kegiatan komputerisasi di perusahaan tersebut. Apabila
pengendalian ini tidak dilakukan, ataupun pengendaliannya lemah, maka dapat
berakibat negatif terhadap aplikasi. Pengendalian umum terdiri dari:
a)
Pengendalian top manajemen (Top
management control).
Pengendalian top management berfungsi
untuk mengontrol peranan manajemen dalam perencanaan kepemimpinan dan
pengawasan fungsi sistem. Top management bertanggung jawab terutama pada
keputusan jangka panjang.
b)
Pengendalian manajemen
pengembangan sistem (System
development management control).
Pengendalian manajemen
pengembangan sistem berfungsi
untuk mengontrol alternatif dari model proses pengembangan sistem
informasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengumpulan dan pengevaluasian
bukti. Manajemen pengembang sistem bertanggung jawab untuk perancangan,
pengimplementasian dan pemeliharaan sistem aplikasi.
c)
Pengendalian manajemen
sumber data (Data
resource management control).
Pengendalian manajemen sumber data
berfungsi untuk mengontrol peranan dan fungsi dari data administrator atau
database administrator. Manajemen sumber data bertanggung jawab untuk perancangan,
perencanaan dan persoalan pengendalian dalam hubungannya dengan pengguna data
organisasi.
d)
Pengendalian manajemen keamanan
(Security administration management control).
Pengendalian manajemen keamanan
mempunyai tugas untuk mengontrol fungsi utama dari security administrator dalam
mengidentifikasi ancaman utama terhadap fungsi sistem informasi dan
perancangan, pelaksanaan, pengoperasian dan pemeliharaan terhadap pengontrolan
yang dapat mengurangi kemungkinan kehilangan dari ancaman ini sampai tingkat
yang dapat diterima.
e)
Pengendalian manajemen operasi
(Operation management control).
Pengendalian manajemen operasi
berfungsi untuk meyakinkan bahwa pengoperasian
sehari-hari dari fungsi
sistem informasi diawasi
dengan baik.
f)
Pengendalian manajemen jaminan kualitas
(Quality assurance management control).
Pengendalian manajemen jaminan kualitas
bertugas untuk meyakinkan bahwa pengembangan, pelaksanaan, pengoperasian dan
pemeliharaan dari sistem informasi sesuai standar kualitas.
2.
Pengendalian Aplikasi
Pengendalian aplikasi dilakukan dengan
tujuan untuk menentukan apakah pengendalian intern dalam sistem yang
terkomputerisasi pada aplikasi komputer tertentu sudah memadai untuk memberikan
jaminan bahwa data dicatat, diolah, dan dilaporkan secara akurat, tepat waktu,
dan sesuai dengan kebutuhan manajemen. Pengendalian aplikasi dapat berupa:
·
Boundary
Controls
Pengendalian batas-batas sistem
aplikasi (boundary Controls) ialah bahwa dalam suatu sistem aplikasi komputer
perlu jelas desainnya
3.
Pengendalian Input
Menurut Weber (1999, p.417-456),
komponen dalam subsistem input bertanggung jawab dalam membawa baik data maupun
instruksi ke dalam sistem aplikasi. Kedua tipe input harus disahkan, dan
kesalahan-kesalahan yang terdeteksi harus dikontrol supaya input akurat,
lengkap, unik, dan tepat waktu.
4.
Pengendalian proses
Pengandalian proses adalah pengendalian
intern untuk mendeteksi jangan sampai data (khususnya data yang sudah valid)
menjadi error karena adanya kesalahan proses. Hal-hal yang memungkinkan
terjadinya error antara lain: kesalahan rumus, kesalahan logika program, dan
kesalahan teknis lainnya.
5.
Pengendalian output
Pengendalian output menurut Weber
(1999, p.612-645) adalah pengendalian yang menyediakan fungsi-fungsi yang
dikelompokkan dalam isi dari data yang akan disediakan, alur data yang akan
diperbaiki dan disajikan untuk user. Sehingga pada kesimpulannya pengendalian
ini digunakan untuk memastikan bahwa
data yang diproses tidak mengalami perubahan yang tidak sah oleh personil
operasi komputer dan memastikan
bahwa hanya pihak
yang berwenang saja
yang menerima output yang dihasilkan.
6.
Communication control
Mengontrol pendistribusian pembukaan
komunikasi subsistem, komponen fisik, kesalahan jalur komunikasi,
aliran dan hubungan, pengendalian topologi, pengendalian akses hubungan, pengendalian atas ancaman subversive, pengendalian jaringan,
pengendalian arsitektur komunikasi.
BAB
2
TEORI
PENGENDALIAN INTERNAL
2.1
Konsep Pengendalian Internal
Pengendalian internal adalah
pengendalian dalam suatu organisasi bertujuan untuk menjaga aset perusahaan,
pemenuhan terhadap kebijakan dan prosedur, kehandalan dalam proses, dan operasi
yang efisien.
Pengendalian internal harus
dilaksanakan seefektif mungkin dalam suatu perusahaan untuk mencegah dan
menghindari terjadinya kesalahan, kecurangan, pencurian dan penyelewengan. Di
perusahaan kecil, pengendalian masih dapat di lakukan langsung oleh pemimpin
perusahaan. Namun semakin besar perusahaan, dimana ruang gerak dan tugas- tugas
yang harus dilakukan semakin kompleks, menyebabkan pemimpin perusahaan tidak
mungkin lagi melakukan
pengendalian langsung, maka
dibutuhkan suatu pengendalian internal yang dapat memberikan
keyakinan kepada pemimpin bahwa tujuan perusahaan telah tercapai. Menurut Hery
(2015:159), Pengendalian internal adalah seperangkat kebijakan dan prosedur
untuk melindungi asset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan
penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang
akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) hukum/undang-undang
serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana mestinya
oleh seluruh karyawan perusahaan.
2.2
Tujuan
Tujuan disusunnya system control atau
pengendalian internal komputer adalah sebagai berikut :
-
Meningkatkan
pengamanan (improve safeuard) aset sistem informasi (data/catatan akuntansi
yang bersifat logical assets maupun physical assets seperti hardware,
infrastuctures, dan sebagainya).
-
Meningkatkan
integritas data (improve data integrity), sehingga dengan data yang benar dan
konsisten akan dapat dibuat laporan yang benar.
-
Meningkatkan
efektifitas sistem.
-
Meningkatkan
efisiensi sistem.
2.3
Penggolongan Pengendalian Internal
Pengendalian internal harus diterapkan
terhadap setiap sistem dan aplikasi,hal ini dilakukan untuk mnegurangi exposure
yang selalu muncul pada pencatatan yang buruk,akutansi yang tidak tepat,
interupsi bisnis, pengambilan keputusan yang buruk, penipuan dan penggelapan,
pelanggaran hukum terhadap peraturan, penigkatan biaya dan hilangnya aset
perusahaan.
Oleh sebab itu manajemen harus
menyadari pentingnya pengendalian untuk menjaga sistem dari penggunaan secara
tidak tepat, untuk mengurangi timbulnya kesalahan dan untuk memaksimalkan hasil
dari sistem operasi. Pengendalian ini digolongkan menjadi 2 golongan yaitu :
1.
General
Conntrols (Pengendalian Umum).
2.
Application
Controls (Pengendalian Aplikasi).
2.4
Komponen Pengendalian Internal
Kerangka pengendalian internal yang
paling banyak diterima di A.S. dikeluarkan oleh Committee Of Sponsoring
Organizations(COSO). Komponen pengendalian internal COSO Arens (2014:320),
sebagai berikut :
a.
Lingkungan
Pengendalian
Lingkungan pengendalian internal
terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur menggambarkan keseluruhan sikap
manajemen, direksi, dan pemilik dari suatu entitas atas pengendalian internal
dan pentingnya pengendalian internal tersebut terhadap entitas. Untuk
memahami dan menilai
lingkungan pengendalian, beberapa elemen penting di antaranya yaitu:
-
Integritas
dan Nilai Etika
-
Komitmen
Terhadap Kompetensi
-
Partisipasi
Dewan Direksi dan Komisaris atau Komite Audit
-
Filosofi
Manajemen dan Gaya Operasi
-
Struktur
Organisasi
-
Kebijakan
dan Praktik Sumber Daya Manusia
b.
Penilaian
Resiko
Menilai resiko merupakan komponen kedua
dari pengendalian internal. Penilaian resiko
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
manajemen dalam mengidentifikasi dan menganalisis resiko yang menghambat
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Resiko dapat berasal dari dalam atau luar
perusahaan.
c.
Aktivitas
Pengendalian
Aktivitas pengendalian merupakan
kebijakan dan prosedur. Kemungkinan terdapat banyak aktivitas pengendalian pada
setiap entitas, termasuk pengendalian secara manual dan pengendalian secara
otomatis. Aktivitas pengendalian tersebut umumnya termasuk kedalam salah satu
dari kelima jenis aktivitas berikut:
-
Pemisahan
tugas yang memadai
-
Otorisasi
yang tepat atas transaksi dan aktivitas
-
Dokumen dan
catatan yang memadai
-
Pengendalian
fisik atas aset dan catatan-catatan
-
Pengecekan
terhadap pekerjaan secara independen.
d.
Informasi
dan Komunikasi
Tujuan dari sistem informasi dan
komunikasi akuntansi suatu entitas adalah untuk memulai, mencatat, memproses
dan melaporkan transaksi-transaksi yang terjadi dalam suatu entitas dan untuk
menjaga akuntabilitas aset-aset yang terkait.
e.
Pengawasan
Aktivitas pengawasan berkaitan dengan
penilaian yang berjalan atau penilaian berkala atas kualitas pengendalian
internal oleh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian dijalankan sesuai
dengan tujuannya dan dimodifikasi jika diperlukan terjadi perubahan kondisi
BAB
3
STUDI
KASUS & ANALISIS
3.1 Kasus
Persediaan adalah aset tersedia
untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa, dalam proses produksi untuk penjualan
tersebut, atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2015:14).
Permasalahan yang sering terjadi pada persediaan di Paragon Mart antara lain adalah: (1) Resiko keterlambatan
barang datang dengan barang yang akan dijual, karena waktu yang diperlukan
untuk barang dagangan sampai di Paragon Mart membutuhkan waktu sekitar tiga
minggu, dengan menggunakan angkutan laut (kapal), (2) Resiko kerusakan barang, yang
biasanya terjadi pada
barang berupa food
yang memiliki tanggal
kadaluarsanya dan (3) Resiko kesalahan pencatatan yang
diakibatkan oleh kelalaian dari SDM. Jenis persediaan barang dagang yang
tersedia pada Supermarket Paragon Mart ada dua yaitu: food dan non food.
3.2 Hasil Analisis
3.2.1 Pada Lingkungan Pengendalian
Integritas
dan nilai etika pada Paragon
Mart
telah berjalan dengan efektif, karena karyawannya sudah mematuhi setiap aturan di
Paragon Mart
dan berperilaku
sopan
terhadap pelanggan serta jujur
terhadap apa yang dikerjakan. Komitmen terhadap kompetensi yang diterapkan pada Paragon Mart telah
berjalan dengan efektif karena setiap karyawan baru pada
Paragon Mart telah
melakukan pelatihan selama 1
minggu. Paragon
Mart tidak memiliki Partisipasi Dewan Direksi dan
Komisaris atau Komite Audit, karena Paragon Mart hanya memiliki satu cabang,
dan Paragon Mart bukan perusahaan yang besar,
jadi tidak diperlukan dewan direksi atau komite audit. Filosofi Manajemen dan Gaya Operasi pada Paragon Mart sudah baik, karena
seluruh keputusan dan kebijakan berada pada owner perusahaan atau dalam hal ini
owner merupakan pusat (sentral) untuk pengambilan keputusan di Paragon Mart. Struktur organisasi pada Paragon Mart
masih memiliki kekurangan, karena tidak memiliki bagian akuntansi untuk
melaksanakan pencatatan dan pembuatan laporan keuangan karena hal itu dilakukan
sendiri oleh pemilik Paragon Mart. Kebijakan
dan praktik sumber
daya manusia pada
Paragon Mart sudah efektif, karena pada perekrutan
karyawan terdapat syarat-syarat tertentu
dalam perekrutan.
3.2.2 Pada Penilaian Resiko
Penilaian resiko pada
persediaan barang dagang di Paragon Mart sudah berjalan dengan baik, karena menggunakan metode pencatatan periodik dan
tetap mengutamakan kepuasan pelanggan
serta mempertahankan kualitas barang dagangan.
3.3.3 Pada Aktivitas Pengendalian
Pemisahan tugas pada
Paragon Mart belum efektif, karena yang mencatat barang dan menyimpan barang di gudang dilakukan oleh bagian yang sama. Otorisasi
yang tepat atas transaksi dan aktivitas pada Paragon Mart telah diterapkan
dengan efektif, karena setiap aktivitas dan transaksi yang dilakukan di Paragon
Mart telah dikendalikan oleh pihak yang berwenang. Dokumen dan catatan pada
Paragon Mart sudah efektif, karena setiap transaksi yang dilakukan sudah
dicatat secara detail agar tidak terjadi kecurangan atau penyelewengan.
Pengendalian fisik atas aset dan catatan-catatan pada Paragon Mart sudah
efektif, karena adanya pengecekan barang dagangan oleh bagian gudang setiap
bulannya. Aktivitas pengecekan pekerjaan pada Paragon Mart sudah efektif, karena
pemilik selalu melakukan pengecekan terhadap persediaan barang dagangan maupun
semua catatan-catatan yang berkaitan dengan aset perusahaan.
3.3.4 Pada Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi
dan komunikasi pada Paragon Mart
sudah efektif, karena penyusunan prosedur pada Paragon Mart sudah jelas
seperti dalam prosedur pengawasan persediaan
barang dagangan yang
melibatkan beberapa dokumen yang
diperlukan secara lengkap yang telah dikendalikan oleh pihak yang berwenang.
3.3.5 Pada Pengawasan
Pengawasan pada Paragon Mart sudah cukup baik, karena
pemilik mengawasi dan memantau langsung setiap aktivitas yang terjadi di
Paragon Mart.
Referensi
:
1. Angelina Klesia
Kalendesang, Linda Lambey, Novi S.Budiarso. 2017.Perancangan Efektivitas
Sistem Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagang Pada Supermarket Paragon
Mart Tahuna. Jurnal. Manando: Universitas Sam Ratulangi. Vol. 12 No.2:
131-139.
SOFTSKILL
(Individu)
Audit
Sistem Informasi
Dosen : QOMARIYAH
Anella
Prisdayanti Damanik (17115810)
4KA23
Universitas Gunadarma
Sistem Informasi
2018
1.
ISACA
ISACA
adalah suatu organisasi profesi internasional di bidang tata kelola teknologi
informasi yang didirikan di Amerika Serikat pada tahun 1967. Awalnya dikenal
dengan nama lengkap Information Systems Audit and Control Association, saat ini
ISACA hanya menggunakan akronimnya untuk merefleksikan cakupan luasnya di
bidang tata kelola teknologi informasi.
ISACA
didirikan oleh individu yang mengenali kebutuhan untuk sumber informasi
terpusat dan bimbingan dalam bidang tumbuh kontrol audit untuk sistem komputer.
Hari ini, ISACA memiliki lebih dari 115.000 konstituen di seluruh dunia dan
telah memiliki kurang lebih 70.000 anggota yang tersebar di 140 negara. Anggota
ISACA terdiri dari antara lain auditor sistem informasi, konsultan, pengajar,
profesional keamanan sistem informasi, pembuat perundangan, CIO, serta auditor
internal. Jaringan ISACA terdiri dari sekitar 170 cabang yang berada di lebih
dari 60 negara, termasuk di Indonesia.
2.
COSO
The
Comitte of Sponsoring Organizations of the treadway commission’s (COSO)
dibentuk pada tahun 1985 sebagai alinasi dari 5 (lima) organisasi professional.
Organisasi tersebut terdiri dari American Accounting Association, American
Instititue of Certified Public Accountants, Financial Executives International,
Instititute of Management Accountants, dan The Institute of Internal Auditors.
Koalisi ini didirikan untuk menyatukan pandangan dalam komunitas bisnis
berkaitan dengan isu-isu seputar pelaporan keuangan yang mengandung fraud.
Secara
garis besar, COSO menghadirkan suatu kerangka kerja yang integral terkait
dengan definisi pengendalian intern, komponen-komponennya, dan kriteria
pengendalian intern yang dapat dievaluasi. Pengendalian internal terdiri dari 5
komponen yang saling berhubungan. Komponen-komponen tersebut memberikan
kerangka kerja yang efektif untuk menjelaskan dan menganalisa sistem
pengendalian internal yang diimplementasikan dalam suatu organisasi.
Komponen-komponen tersebut, adalah sebagai berikut:
-
Lingkungan Pengendalian
-
Penilaian Resiko
-
Aktifitas Pengendalian
-
Informasi dan komunikasi
-
Pemantauan
3.
ISO1799
Menghadirkan
sebuah standar untuk sistem manajemen keamanan informasi yang meliputi dokumen
kebijakan keamanan informasi, alokasi keamanan informasi tanggung jawab
menyediakan semua pemakai dengan pendidikan dan pelatihan di dalam keamanan
informasi, mengembangkan suatu sistem untuk laporan peristiwa keamanan,
memperkenalkan virus kendali, mengembangkan suatu rencana kesinambungan bisnis,
mengikuti kebutuhan untuk pelindungan data, dan menetapkan prosedur untuk
mentaati kebijakan keamanan.
Referensi:
Komentar
Posting Komentar